Ahlan Wa Sahlan

Selamat Datang ke Sibu Islamic Media... Media Memeriahkan Lagi Da'wah Islamiyyah di Sarawak Khususnya...

Sabtu, 23 Jun 2012

ADAB MENASIHATI SESAMA MUSLIM

“Agama itu nasihat.” Aku bertanya ,” Untuk siapa ?” Nabi SAW menjawab :’ Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin” (HR Muslim)

Nasihat adalah sejumlah kalimat yang diungkapkan dengan tujuan untuk kebaikan yang dinasihati. Hadits mulia ini memberikan pelajaran yang berharga kepada kita tentang penting nasihat-nasihati dalam agama islam. Didalamnya mengungkapkan bahwa nasihat itu Allah, yakni dengan mengimani dan mentauhidkan-Nya. Untuk kitab-Nya yakni keharusan untuk mengimani dan mengamalkan kandungan kitab Al-Qur’an. Untuk Rasul-Nya yakni membenarkan nubuwwahnya, dan mencurahkan ketaatan kepadanya dengan terhadap perkara-perkara yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dicegahnya sepenuh hati dan jiwa raga. Untuk para pemimpin yakni mentaati dalam hal-hal yang ma’ruf dan mengingatkan supaya tetap di jalan kebenaran. Dan untuk kuam muslimin yakni memberikan arahan, dan bimbingan supaya mereka menetapiptujuk Allah dan rasul-Nya.
Namun pada akhir-akhir ini ada satu gejala yang muncul di tengah umat islam, yakni sikap berlebih-lebihan dalam nasihat menasihati kepada sesama muslim, jauh dari sikap bijak dan ma’ruf serta dengan pendekatan yang keliru. Muncullah sikap dan perilaku begitu mudah mencela, merendahkan, menghina, memvonis dan menggolong-golongkan kaum muslimin kepada firqoh-firqoh yang disandarkan kepada sifat tercela dan sesat seperti, ahlul bid’ah, ahlul hawa, khowarij, ….atau dengan kata-kata yang kasar seperti (maaf) anjing-anjing neraka…dan julukan buruk lainnya. Meskipun dengan dalih memberi nasihat dan perbaikan maka hal ini tetap tidak baik jika dilakukan dengan akhlak yang tercela, jauh dari yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para salafush shalih.
Tentu dan perbuatan tersebut suatu kedzaliman. Terhadap kedzaliman, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menolong orang yng berbuat dzalim dan yang didzalimi. Bagi yang berbuat dzalim bentuk pertolongan kita adalah mencegah perbyatan dzalim tersebut, memberi nasihat, mengingatkan bahwa akibt perbuatan dzalim itu mendatangkan kemurkaan Allah dan siksa baik dunia daan akherat. Juga segera bertaubat dari perbuatan buruk dan sewenang-wenang meskipun hal tersebut mendapat sokongan dan dukungan orang banyak.
Sedangkan menolong orang yang terdzalimi adalah dengan mencegah tindakan orang yang berbuat dzalim kepadanya, membela kehormatannya, menghiburnya agar sabar dan menguatkan kesabaran, tegak diatas jalan kebeneran meskipun banyak yang menyelisihi dan sedikit kawan.
Gejala tersebut, sebagaimana disampaikan Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid dalam risalah beliau Tashnifu an-Nas baina azh-Zhan wal Yakin bahwa muncul sekelompok pemuda yang membawa kepada jalan yang sesat dan menyesatkan, membid’ahkan orang lain, mencela, mengkafirkan, rusak dan membuat kerusakan di muka bumi, dengan alasan sebagai bentuk usaha perbaikan.
Beliau melihat perbuatan mereka sebagai tindakan memecah belah barisan ahlussunnah yang muncul pertama kali pada orang yang mengaku-aku dirinya sebagai golongan mereka, yang ditujukan kepada orang yang menentang mereka. Juga mempelopori untuk bersikap keras kepada mereka dan meragukan jalan dakwah mereka, lisannya lepas kendali sehingga menebar fitnah kehormatan para dai dan menebar rintangan disepanhang jalan mereka dengan sikap fanatik.
Siapakah mereka itu ? Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al Fauzan hafizhahullah menjelaskan dalam kajian Syarh Aqidah Thahawiyah ( rekaman kaset) mengenai mereka,” Ada orang yang mengaku-ngaku dirinya bermadzab salaf akan tetapi menyelisi manhaj mereka. Mereka berbuat berlebih lebihan, menambah-nambah dan keluar dari jalan salaf. Diantara mereka ada yang mengaku-aku dirinya bermanhaj salaf akan tetapi dia sendiri meremehkan,menyia-nyiakan dan merasa cukup dengan menyatakan bergabubung dan menisbatkan diri kepada salaf”
Masih menurut beliau bahwa generasai salaf itu, mereka tidak berakhalak mudah membid’ahkan, mengkafirkan dan memfasikkan orang muslim lainnya, kecuali berdasarkan dalil dan keterangan, bukan berdasarkan kemauan diri sendiri atau tanpa ilmu. Itu sama halnya telah berani membuat rumusan dan mengatakan “Siapa saja yang menyelisihi kami , maka dia adalah pelaku bid’ah”
Kepada mereka yang melakukan perbuatan tersebut kami mengajak untuk mentadababuri al-Qur’an, memperhatikan sabda Rasulullah dan meneladani akhlak para salafysh shalih. Allah SWT berfirman,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaumyang lain, boleh jadi mereka (diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)terhadap wanita-wanita lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan)lebih baik dari mereka (mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mengejekdirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelarburuk. Seburuk-buruk panggilan adalah kefasikan sesudah iman danbarangsiapa yang tidak bertaubat, Maka mereka Itulah orang-orang yangzalim. (11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruksangka (kecurigaan), Karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. danjanganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satusama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubatlagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurat [49]: 11-12)
Sabda Rasulullah SAW, ” Jauhilah prsangka,karena persangka (menuduh tanpa dasar) itu sedusta-dusta perkataan, janganlah kalian saling mendengki, saling memata-matai dan saling membenci. Namun jadilah kalian hamaba-hamba yang bersaudara.” (HR Bukhori Muslim)

Dan bagi mereka yang senang berkubang dengan memperolok-olak dan menjuluki orang lain dengan julukan ”anjing-anjing neraka”, maka perhatikanlah sabda Rasulullah SAW mengenai anjing-anjing neraka, siapa mereka itu
Sabda Rasulullah S.A.W kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan : Maka jagalah lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap saudaramu/muslimin, Bacalah Al-Qur’an, tanggunglah dosamu sendiri untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain, jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain, jangan engkau tinggikan dirimu sendiri di atas mereka, jangan engkau masukkan amal perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat, jangan engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada perangaimu yang tidak baik., Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang dekatmu ada orang lain, jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada orang lain, jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu. Niscaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud, “Demi (bintang-bintang) yang berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain.” Sabda Rasulullah S.A.W., “Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya.” Kata Mu’adz, ” Ya Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang dapat terselamat daripadanya?” Sabda Rasulullah S.A.W., “Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah S.W.T.”

Wallahu a’lam bishawwab

Isnin, 18 Jun 2012

SUNNAH-SUNNAH RASULULLAH SAW DARI SUDUT KESEHATAN

Al-Quran telah mengajar kita menjaga kesihatan dengan melakukan amalan-amalan seperti berikut ;

1). Mandi pagi sebelum subuh atau sekurang-kurangnya sejam sebelum matahari naik. Air sejuk yang meresap ke dalam badan boleh mengurangkan lemak yang terkumpul. Kita boleh lihat orang yang mengamalkan mandi pagi, kebanyakkan mereka badan tidak gemuk.

2). Rasulullah mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air ais) setiap pagi. Mujarabnya Insya-Allah jauh dari penyakit (susah nak kena sakit).

3). Waktu solat subuh disunatkan kita bertafakur (iaitu sujud sekurang-kurangnya seminit selepas membaca doa). Ia boleh mengelak dari sakit pening atau migrin. Ini terbukti oleh para saintis yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yang tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir ke ruang berkenaan.

4). Dalam hadis Rasulullah saw ada melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut. Di khuatiri akan cepat mendapat penyakit. Ini terbukti oleh saintis yang menjumpai di mana badan ayam mengandungi lon+, manakala dalam ikan mengandungi lon-. Jika dalam suapan ayam bercampur dengan ikan maka terjadi tindak balas biokimia yang terhasil yang boleh merosakkan usus kita.

5). Nabi mengajar kita makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari. Begitu juga ahli saintis telah menemui bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari-jari, iaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur. (Enzyme sejenis alat pencerna makanan, tanpanya makanan tidak hadam)
 
Sabda Rasulullah saw : "Ilmu itu milik tuhan, barangsiapa menyebarkan ilmu demi kebaikan, Insya-Allah... Allah akan menggandakan 10 kali kepadanya".

Wallahu'alam...
 

GAGASAN ISRA’ MIKRAJ


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

       Di kesempatan pada bulan Rejab yang mulia ini, saya berpesan kepada diri saya dan kepada pembaca blog sekalian marilah sama-sama kita mengukuhkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan bersungguh-sungguh melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Mudah-mudahan kita dan keluarga kita berjaya menjadi insan soleh serta mendapat perlindungan Allah SWT di dunia dan di akhirat.

       Kini kita berada dipenghujung bulan Rejab, mengingatkan kita satu mukjizat teragong iaitu peristiwa Isra’ Mikraj yang berlaku pada 27 Rejab setahun sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Dalam peristiwa ini, atas kekuasaan dan kehendak Allah SWT, Nabi Muhammad SAW diiringi Malaikat Jibril diperjalankan pada waktu malam hari berangkat dari masjidil Haram di Makkah menuju ke masjidil Aqsa di Baitul Muqadis di Palestin dan kemudiannya di angkat mengadap Allah SWT di Sidratul Muntaha. Kalau mengikut perkiraan moden hari ini, peristiwa ini berlaku dalam tempoh satu malam iaitu kira-kira 12 jam. Firman Allah SWT  dalam surah al-Israa’ ayat 1 :
 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Bermaksud : Maha Suci Allah yang telah menjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang Kami berkati sekelilingnya, untuk diperlihatkan kepadanya tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

        Tugas utama Nabi Muhammad SAW dan rasul adalah untuk membina diri manusia supaya berakhlak mulia dan beramal soleh. Pembangunan diri manusia, pembangunan insan adalah menjadi tonggak segala pembangunan yang lain. Persoalan besar timbul ialah bagaimanakah manusia itu boleh membangunkan akhlak yang mulia ?. Inilah yang perlu difahami dan dipelajari dalam peristiwa Isra’ Mikraj . Dalam peristiwa Isra’ Mikraj Nabi Muhammad SAW telah dibawa untuk melihat setiap kelakuan manusia samada yang nyata atau ghaib yang terdapat di bumi dan di tujuh lapis langit serta bertemu dengan Allah SWT. 
        
     Menurut ahli tafsir seperti Ibnu Kathir, menyatakan Nabi Muhammad melihat Allah SWT secara mata hati dan menerima perintah melaksanakan program solat fardhu 5 waktu sehari semalam secara terus dari Allah SWT. Inilah gagasan terbesar Allah SWT memanggil mengadap Rasulullah SAW di Sidratul Muntaha. Manakala perintah melakukan ibadah-ibadah wajib yang lain disampaikan Allah SWT melalui malaikat Jibril.

Berdasarkan gagasan Isra’ Mikraj ini jelas bahawa solat fardhu lima waktu adalah program utama yang Allah fardhukan kepada umat Islam. Solat fardhu menjadi perintah utama kerana ia menjadi ibu segala amal ibadah, wajib dilaksanakan samada semasa sihat atau sakit, menjadi tonggak kekuatan agama, menggugurkan segala dosa dan menyelamatkan azab kubur. Selain itu kualiti solat ini juga akan menentukan  kualiti pelaksanaan ibadah-ibadah yang lain. 

Terdapat perkaitan yang kuat bahawa jika seseorang itu lemah melaksanakan solat, maka ibadah yang lain pun mempunyai tahap yang sama. Berdasarkan perkaitan inilah maka amalan solat adalah amalan yang dapat mencegah berlakunya kemungkaran kepada seseorang itu. Firman Allah dalam surah al-Ankabut Ayat 45 yang bermaksud : Sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar; dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya); dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan .Jika solat itu dibuat secara lalai maka ia boleh mendatangkan musibah dan memberi kesan buruk terhadap kelakuan seseorang. Firman Allah dalam surah al-Maa’un, ayat 5 yang bermaksud Maka kecelakaan besar bagi orang yang Sembahyang. (Iaitu) mereka yang berkeadaan lalai daripada menyempurnakan sembahyangnya.

 
Apa yang dimaksudkan lalai di sini ialah, mereka yang melakukan solat tidak menyedari bilangan rakaatnya, malas melakukan solat sehingga bertangguh-tangguh kerana mengutamakan pekerjaan lain, terburu-buru melakukan solat dan tidak merasai nikmat melakukan solat di awal waktu. Memandangkan solat ini adalah perintah Allah SWT, maka pelaksanaan solat hendaklah dilaksanakan secara khusyuk mengikut peraturan tertentu. Solat yang hakiki akan melindungi seseorang daripada melakukan perbuatan berdosa. Solat yang hakiki adalah solat yang dilakukan secara khusyuk. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Perbezaan antara manusia dan perbezaan antara syirik dan kufur ialah meninggalkan solat. (Riwayat Muslim). 

Walaupun kita tidak dapat bertemu dengan Allah SWT seperti yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW tetapi berdasarkan gagasan Isra’ Mikraj ini kita dapat bertemu dan berhadapan dengan Allah SWT di dalam solat dengan syarat :   
Pertama : hati kita sepenuhnya mengingati Allah dengan menghindari dari penyakit syahwat atau bisikan duniawi  
Kedua: hati kita sentiasa mengagungkan Allah SWT dan merasa Allah sentiasa melihat diri kita
Ketiga: hati kita sentiasa meresapi makna-makna ayat al-Quran yang di baca dalam solat. 

Menurut Imam Ghazali, antara amalan untuk membentuk solat yang khusuk ialah  
Pertama : memastikan sumber rezeki itu adalah halal,  
Kedua : mendirikan solat seolah-olah akan menghadapi kematian pada esok hari
Ketiga : mendirikan solat pada awal waktu
Keempat : memahami pengertian bacaan dalam solat
Kelima : mengambil wudhu’ dengan sempurna dan pakaian bersih
Keenam : memiliki sifat malu kepada Allah SWT jika perlaksanaan solat itu tidak sempurna. 

Berdasarkan pemerhatian penulis, akhlak yang kurang baik dan keruntuhan moral yang dideritai oleh segolongan umat Islam kini berpunca daripada solatnya tidak khusyuk menyebabkan mereka masih melakukan perbuatan keji dan maksiat. Mereka ini melakukan solat tetapi masih juga melakukan perbuatan berdosa. 

     Serangan gejala sosial dalam pelbagai bentuk di negara ini menyebabkan kita kadangkala hilang pedoman untuk mengatasinya. Isu-isu seperti pelacuran, pembuangan bayi, dadah, arak dan yang terkini LGBT semakin menjadi-jadi dan membimbangkan. Mimbar amat yakin pelaksanaan solat yang khusyuk berupaya menjadi benteng, mengukuhkan kekuatan akidah dan akhlak umat Islam dalam menghadapi serangan gejala sosial ini. Gagasan dan kebenaran dalam Isra’ Mikraj ini hendaklah kita tauladani dan dipelajari serta dihayati sebaik mungkin, insyaallah kita mampu mengelakkan diri daripada melakukan berbagai-bagai kejahatan dan kemungkaran serta terjerumus dengan gaya hidup berdosa.

Oleh itu Sempena memperingati peristiwa Isra’ Mikraj sebagai mukjizat yang besar ini, maka penulis menyeru para pembaca blog dan umat Islam sekalian, marilah kita melaksanakan ibadah solat dengan khusyuk dan sempurna agar ia mampu membangunkan generasi dan keluarga kita menjadi insan yang soleh selari dengan gagasan Isra’ Mikraj. Penulis juga menyeru para pembaca sekalian bersempena dengan bulan Rejab yang mulia ini marilah sama-sama kita memperbanyakkan amal ibadat kita seperti melakukan ibadat puasa, bersedekah dan sebagainya, mudah-mudahan segala amalan kita diterima sebagai amal soleh. Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: Hendaklah kamu memuliakan bulan Rejab, nescaya Allah SWT akan muliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari kiamat .