“Agama itu nasihat.” Aku bertanya ,” Untuk siapa ?” Nabi SAW
menjawab :’ Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum
muslimin dan seluruh kaum muslimin” (HR Muslim)
Nasihat adalah sejumlah kalimat yang diungkapkan dengan tujuan
untuk kebaikan yang dinasihati. Hadits mulia ini memberikan pelajaran
yang berharga kepada kita tentang penting nasihat-nasihati dalam agama
islam. Didalamnya mengungkapkan bahwa nasihat itu Allah, yakni dengan
mengimani dan mentauhidkan-Nya. Untuk kitab-Nya yakni keharusan untuk
mengimani dan mengamalkan kandungan kitab Al-Qur’an. Untuk Rasul-Nya
yakni membenarkan nubuwwahnya, dan mencurahkan ketaatan kepadanya
dengan terhadap perkara-perkara yang diperintahkan dan menjauhi segala
yang dicegahnya sepenuh hati dan jiwa raga. Untuk para pemimpin yakni
mentaati dalam hal-hal yang ma’ruf dan mengingatkan supaya tetap di
jalan kebenaran. Dan untuk kuam muslimin yakni memberikan arahan, dan
bimbingan supaya mereka menetapiptujuk Allah dan rasul-Nya.
Namun pada akhir-akhir ini ada satu gejala yang muncul
di tengah umat islam, yakni sikap berlebih-lebihan dalam nasihat
menasihati kepada sesama muslim, jauh dari sikap bijak dan ma’ruf serta
dengan pendekatan yang keliru. Muncullah sikap dan perilaku begitu
mudah mencela, merendahkan, menghina, memvonis dan menggolong-golongkan
kaum muslimin kepada firqoh-firqoh yang disandarkan kepada sifat
tercela dan sesat seperti, ahlul bid’ah, ahlul hawa, khowarij, ….atau
dengan kata-kata yang kasar seperti (maaf) anjing-anjing neraka…dan
julukan buruk lainnya. Meskipun dengan dalih memberi nasihat dan
perbaikan maka hal ini tetap tidak baik jika dilakukan dengan akhlak
yang tercela, jauh dari yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para
salafush shalih.
Tentu dan perbuatan tersebut suatu kedzaliman. Terhadap kedzaliman,
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menolong orang yng berbuat dzalim
dan yang didzalimi. Bagi yang berbuat dzalim bentuk pertolongan kita
adalah mencegah perbyatan dzalim tersebut, memberi nasihat, mengingatkan
bahwa akibt perbuatan dzalim itu mendatangkan kemurkaan Allah dan
siksa baik dunia daan akherat. Juga segera bertaubat dari perbuatan
buruk dan sewenang-wenang meskipun hal tersebut mendapat sokongan dan
dukungan orang banyak.
Sedangkan menolong orang yang terdzalimi adalah dengan mencegah tindakan orang yang berbuat dzalim kepadanya, membela kehormatannya, menghiburnya agar sabar dan menguatkan kesabaran, tegak diatas jalan kebeneran meskipun banyak yang menyelisihi dan sedikit kawan.
Gejala tersebut, sebagaimana disampaikan Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid dalam risalah beliau Tashnifu an-Nas baina azh-Zhan wal Yakin bahwa muncul sekelompok pemuda yang membawa kepada jalan yang sesat dan menyesatkan, membid’ahkan orang lain, mencela, mengkafirkan, rusak dan membuat kerusakan di muka bumi, dengan alasan sebagai bentuk usaha perbaikan.
Beliau melihat perbuatan mereka sebagai tindakan memecah belah barisan ahlussunnah yang muncul pertama kali pada orang yang mengaku-aku dirinya sebagai golongan mereka, yang ditujukan kepada orang yang menentang mereka. Juga mempelopori untuk bersikap keras kepada mereka dan meragukan jalan dakwah mereka, lisannya lepas kendali sehingga menebar fitnah kehormatan para dai dan menebar rintangan disepanhang jalan mereka dengan sikap fanatik.
Siapakah mereka itu ? Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al Fauzan hafizhahullah menjelaskan dalam kajian Syarh Aqidah Thahawiyah ( rekaman kaset) mengenai mereka,” Ada orang yang mengaku-ngaku dirinya bermadzab salaf akan tetapi menyelisi manhaj mereka. Mereka berbuat berlebih lebihan, menambah-nambah dan keluar dari jalan salaf. Diantara mereka ada yang mengaku-aku dirinya bermanhaj salaf akan tetapi dia sendiri meremehkan,menyia-nyiakan dan merasa cukup dengan menyatakan bergabubung dan menisbatkan diri kepada salaf”
Masih menurut beliau bahwa generasai salaf itu, mereka tidak berakhalak mudah membid’ahkan, mengkafirkan dan memfasikkan orang muslim lainnya, kecuali berdasarkan dalil dan keterangan, bukan berdasarkan kemauan diri sendiri atau tanpa ilmu. Itu sama halnya telah berani membuat rumusan dan mengatakan “Siapa saja yang menyelisihi kami , maka dia adalah pelaku bid’ah”
Kepada mereka yang melakukan perbuatan tersebut kami mengajak untuk mentadababuri al-Qur’an, memperhatikan sabda Rasulullah dan meneladani akhlak para salafysh shalih. Allah SWT berfirman,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaumyang lain, boleh jadi mereka (diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)terhadap wanita-wanita lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan)lebih baik dari mereka (mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mengejekdirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelarburuk. Seburuk-buruk panggilan adalah kefasikan sesudah iman danbarangsiapa yang tidak bertaubat, Maka mereka Itulah orang-orang yangzalim. (11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruksangka (kecurigaan), Karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. danjanganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satusama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubatlagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurat [49]: 11-12)
Sabda Rasulullah SAW, ” Jauhilah prsangka,karena persangka (menuduh tanpa dasar) itu sedusta-dusta perkataan, janganlah kalian saling mendengki, saling memata-matai dan saling membenci. Namun jadilah kalian hamaba-hamba yang bersaudara.” (HR Bukhori Muslim)
Sedangkan menolong orang yang terdzalimi adalah dengan mencegah tindakan orang yang berbuat dzalim kepadanya, membela kehormatannya, menghiburnya agar sabar dan menguatkan kesabaran, tegak diatas jalan kebeneran meskipun banyak yang menyelisihi dan sedikit kawan.
Gejala tersebut, sebagaimana disampaikan Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid dalam risalah beliau Tashnifu an-Nas baina azh-Zhan wal Yakin bahwa muncul sekelompok pemuda yang membawa kepada jalan yang sesat dan menyesatkan, membid’ahkan orang lain, mencela, mengkafirkan, rusak dan membuat kerusakan di muka bumi, dengan alasan sebagai bentuk usaha perbaikan.
Beliau melihat perbuatan mereka sebagai tindakan memecah belah barisan ahlussunnah yang muncul pertama kali pada orang yang mengaku-aku dirinya sebagai golongan mereka, yang ditujukan kepada orang yang menentang mereka. Juga mempelopori untuk bersikap keras kepada mereka dan meragukan jalan dakwah mereka, lisannya lepas kendali sehingga menebar fitnah kehormatan para dai dan menebar rintangan disepanhang jalan mereka dengan sikap fanatik.
Siapakah mereka itu ? Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al Fauzan hafizhahullah menjelaskan dalam kajian Syarh Aqidah Thahawiyah ( rekaman kaset) mengenai mereka,” Ada orang yang mengaku-ngaku dirinya bermadzab salaf akan tetapi menyelisi manhaj mereka. Mereka berbuat berlebih lebihan, menambah-nambah dan keluar dari jalan salaf. Diantara mereka ada yang mengaku-aku dirinya bermanhaj salaf akan tetapi dia sendiri meremehkan,menyia-nyiakan dan merasa cukup dengan menyatakan bergabubung dan menisbatkan diri kepada salaf”
Masih menurut beliau bahwa generasai salaf itu, mereka tidak berakhalak mudah membid’ahkan, mengkafirkan dan memfasikkan orang muslim lainnya, kecuali berdasarkan dalil dan keterangan, bukan berdasarkan kemauan diri sendiri atau tanpa ilmu. Itu sama halnya telah berani membuat rumusan dan mengatakan “Siapa saja yang menyelisihi kami , maka dia adalah pelaku bid’ah”
Kepada mereka yang melakukan perbuatan tersebut kami mengajak untuk mentadababuri al-Qur’an, memperhatikan sabda Rasulullah dan meneladani akhlak para salafysh shalih. Allah SWT berfirman,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaumyang lain, boleh jadi mereka (diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan)terhadap wanita-wanita lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan)lebih baik dari mereka (mengolok-olokkan); dan janganlah kamu mengejekdirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelarburuk. Seburuk-buruk panggilan adalah kefasikan sesudah iman danbarangsiapa yang tidak bertaubat, Maka mereka Itulah orang-orang yangzalim. (11) Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruksangka (kecurigaan), Karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. danjanganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satusama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan dagingsaudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubatlagi Maha Penyayang. (QS al-Hujurat [49]: 11-12)
Sabda Rasulullah SAW, ” Jauhilah prsangka,karena persangka (menuduh tanpa dasar) itu sedusta-dusta perkataan, janganlah kalian saling mendengki, saling memata-matai dan saling membenci. Namun jadilah kalian hamaba-hamba yang bersaudara.” (HR Bukhori Muslim)
Dan bagi mereka yang senang berkubang dengan memperolok-olak dan menjuluki orang lain dengan julukan ”anjing-anjing neraka”, maka perhatikanlah sabda Rasulullah SAW mengenai anjing-anjing neraka, siapa mereka itu
Sabda Rasulullah S.A.W kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz,
apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan : Maka jagalah
lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap
saudaramu/muslimin, Bacalah Al-Qur’an, tanggunglah dosamu sendiri
untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain, jangan
engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain, jangan engkau
tinggikan dirimu sendiri di atas mereka, jangan engkau masukkan amal
perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat, jangan engkau
menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada
perangaimu yang tidak baik., Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang
dekatmu ada orang lain, jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada
orang lain, jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu.
Niscaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka.
Firman Allah S.W.T. yang bermaksud, “Demi (bintang-bintang) yang
berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain.” Sabda Rasulullah
S.A.W., “Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan
merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing
itupun merobek serta menggigit tulangnya.” Kata Mu’adz, ” Ya
Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu,
dan siapa yang dapat terselamat daripadanya?” Sabda Rasulullah S.A.W.,
“Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah
dimudahkan serta diringankan oleh Allah S.W.T.”
Wallahu a’lam bishawwab
Tiada ulasan:
Catat Ulasan